Langsung ke konten utama

Unggulan

Kebebasan dan Moral; Dua Wajah Kebutuhan Kemanusian (Sebuah Wacana)

 
Jika kita ingin menarik sebuah kata “kebebasan” ke dalam definisi, ia akan memberikan pengertian yang sangat luas dan makna yang tak terjangkau. Kebebasan yang dimaksudkan oleh penulis di sini adalah kebebasan yang menjadi lawan dari yang mengatakan bahwa tidak ada sama sekali dalam manusia kehendak atau pilihan, sehingga ia terkungkung dalam tendensi otoritas tertentu. Oleh karena itu penulis mengambil definisi dari kebebasan sebagai sebuah kemampuan manusia untuk memilih apa yang dikehendakinya atas perbuatannya.

Dengan arti yang demikian, manusia memiliki unsur kebebasan dalam dirinya mulai ia lahir. Kebebasan bukan hanya menjadi sebuah hak yang harus dipenuhi oleh setiap manusia, tetapi ia merupakan “keharusan” yang harus dimiliki manusia. Jika tidak demikian, manusia tidak ada bedanya dengan makhluk yang tidak berakal yang dipaksa untuk melakukan sesuatu menurut tuannya. Oleh karena itu, jika sifat kebebasan direnggut oleh otoritas tertentu ia seakan-akan mengambil sifat kemanusian dari manusia itu sendiri. 

Dengan demikan, sebenarnya sedari awal kebebesan seseorang tidaklah bersifat mutlak, dengan arti bahwa kebebasan seseorang terikat dengan hak dan kebebasan orang lain. Oleh karena itu, prinsip awal dari kebebasan adalah untuk menjaga jati diri seseorang sebagai manusia bukan merusaknya.

Apabila yang terjadi sebaliknya, dari sini kita perlu sebuah batasan dan aturan untuk menjaga keharmonisan kebebasan yang dimiliki oleh manusia agar kebebasan tersebut tidak digunakan pada hal yang mengakibatkan kekacauan disebabkan kebebasan yang melampaui batas. Oleh sebab itu, menurut penulis, diskursus moral bisa menjadi jalan atau aturan untuk menjaga kemutlakan kebebasan tersebut.

Moral memiliki arti kemampuan yang tertanam dalam kehendak manusia yang dengannya ia bisa memilih hal yang baik atau yang buruk. Jika dilihat dari definisi tersebut maka moral sama-sama memiliki potensi untuk melakukan hal yang baik dan buruk. Jika kebebasan manusia dibawa pada potensi tersebut maka akibatnya adalah adakalanya buruk atau baik. Karena keduanya sama-sama berangkat dari kehendak (irâdah) manusia.

Namun jika dilihat dari sisi tujuan dari moral ialah sebenarnya untuk mengantarkan manusia pada jalan kebaikan. Ia mengajak untuk melakukan yang bisa menjadikan ia lebih baik. Sebagaimana yang dikatakan oleh Diraz bahwa tujuan moral adalah untuk melatih manusia untuk menuju jalan yang benar dan membentuk karakater yang baik. Dengan kata lain, moral mengajak manusia untuk melangkah menjadi contoh yang ideal. 

Dengan demikian, manusia selain memiliki hak kebebesan ia juga tidak harus melupakan bahwa ia juga punya tanggungjawab moral untuk bertingkah laku yang baik terhadap semua manusia. Jika kebebasan bersifat mutlak tanpa ada unsur aturan atau moral yang baik, maka ia akan mengakibatkan pada kerusakan. Dari sisi lain kita mengetahui bahwa hubungan moral dengan kebebasan sangatlah erat. Tidak ada kebebasan tanpa tanggugjawab moral, tidak ada tanggung jawab tanpa akal, dan tidak ada akal tanpa nilai-nilai yang mengatur prilaku manusia.

Komentar

Postingan Populer