Langsung ke konten utama

Unggulan

Cerpen II

I

Kebisingan kota Karta membangunkan ayam-ayam yang sedari siang meluangkan waktu untuk membangunkan orang-orang waktu pagi. Mereka dipaksa bangun lebih dulu sebelum penduduk daerah sini bangun. Aku menutup jendela rapat-rapat agar menghindari bunyian kendaraan yang lalu lalang di jalan raya. Dari jendala ini aku bisa memendangi seisi kota yang keindahan bangunan yang menjulang dan tertata rapi terus saja memanjakan mata. Apalagi diwaktu malam, lampu-lampunya yang menyalakan langit dan sebidang jalan kecil di belakang rumahku tak kalah indahnya dengan taman-taman yang disengaja di desain secara sadar.

Arah jarum jam tepat pada angka 06;00, aku bergegas untuk membersikan muka untuk siap-siap berangkat ke kantor. Antara, ya kantor yang diisi oleh orang yang semagat untuk menerjemahkan karya-karya asing. Mulai dari yang bahasa inggris, china, italia, dan karya-karya negara lainnya. Dan khusus aku, penerjemah karya Arab, lulusan pesantren sudah tidak jarang dengan tugas dan pekerjaan ini. Aku sudah lumayan lama bekerja di kantor ini, mulanya ketika temanku menawarkan satu buku untuk diterjemah, aku mengiyakan tanpa berpikir menolaknya. Tidak ada pekerjaan lain, gumamku saat itu. Aku selesaikan sebelum deadline. beberapa hari kemudian aku mendapatkan email dari perusahaan, tawaran resmi untuk menjadi penerjemah tetap.

Keliahatannya sangat singkat, tidak. Kenyataannya, aku sudah berkeliling ke seluruh sudut kota, melamar kerja, tapi hampir semuanya menolak. Yang sangat terkesan dan masih kadang aku pikirkan penolakan dari kantor fotografer yang terletak di jalan H, ujung utara kota ini. Penolakan itu tidak begitu biasa bagiku. Foto-foto yang ku kirim ke mereka adalah karya terbaikku. Alasanya, “karya anda sangat bagus, tapi maaf, kami tidak menerima anda di perusahaan ini”. Ya tanpa alasan, Cuma basa-basi di depan. Jika emang bagus kenapa ditolak. Aku masih saja memikirkannya sampai sekarang. Tapi sebagai perantau yang pantang menyerah di kampung orang, aku berusaha lagi mencari lowongan lain. Sampai akhirnya, lamaranku ketolak semua. Kemudian datanglah tawaran dari temanku, Tono.


next... kehilangan ide. wkwkw

 

Komentar

Postingan Populer