Langsung ke konten utama

Unggulan

ANAK MUDA


oleh;  Fadal Mohamad

Teriakan seorang yang umurnya tidak terlalu muda terdengar dari kejauhan, dengan nada agak sedikit keras dan tajam. Tertuju pada seorang pemuda yang ada di pinggir jalan yang sedang asyik bersantai dan berfoya-foya seraya menikmati sunrise pada sore hari menjelang magrib tiba. Teriakan terdengar lagi dari seorang laki-laki tua menggema dengan nada teguran dan sedikit mengoyak hati pemuda yang rambutnya sedikit berbeda karena diwarnai dengan berbagai warna. 

Teriakan itu munkin bertujuan untuk menegur dan menyalahkan tingkah laku para anak muda tersebut dengan tujuan agar mereka berhenti melakukan hal-hal yang luar dari norma baik. Ada seorang dari generasi sebelum mereka mengatakan "anak muda sekarang ya kelakuannya masa ampun". Dengan suara seakan-akan tidak pernah merasakan dosa apapun terhadap anak-anak milenial itu. 

Munkin kalau melihat dari tujuan dari generasi old ini terhadap generasi jaman now, sangatlah baik, bahkan pantas. Tapi, apakah pernah mereka berpikir kenapa mereka -generasi jaman now- melakukan hal tersebut? Atau benarkah sikap tegur yang mereka lontarkan terhadap mereka? Ini yang menjadi permasalahan. 

Generasi ke generasi adalah berkelanjutan. Setiap generasi punya warisan watak dan krakter berbeda dari generasi yang lain. Maka tidak heran bahwa setiap generasi punya permasalahan dan tanggung jawab masing-masing terhadap zamannya. Di sini yang harus digaris bawahi bahwa setiap generasi mempunyai tanggung jawab besar terhadap generasi setelahnya. Oleh karena itu generasi pendahulu harus meletakkan rasa kepedulian dan rasa kepunyaan yang besar terhadap generasi selanjutnya ini.

hal yang paling penting yang wajib mereka -generasi old- lakukan adalah memahami permasalahan yang terjadi terhadap para milenial ini, baik yang berhubungan dengan perbuatan mereka, harapan mereka, faktor-faktor yang bisa membahagiakan mereka, serta sebab-sebab pembangkangan yang mereka lakukan. Salah total jika generasi awal ini menampakkan rasa ketidakpedulian dan kebodohan terhadap apa-apa yang terjadi pada mereka anak baru gede ini. Bukan semerta-merta hanya menegur tanpa punya dosa. 

Dan lagi termasuk kesalahan generasi old -kapan saja- ini, ialah tidak berusaha memahami bahwa generasi sekarang punya tanggung jawab besar terhadap zaman yang mereka jalani dan zaman yang akan datang. Maka oleh karena itu penting kiranya adanya pemerhatian khusus terhadap hal-hal yang menunjang kemajuan dan bergeraknya berpikir dari masing-masing anak milenial ini dari pihak generasi sebelumnya dalam menjalani hidup yang baik. Jika hal ini dilakukan akan ada ketersambungan baik dari generasi ke generasi setelahnya dan tidak akan ada yang disalahkan dalam permasalahan apapun. 

Kalau kita berusaha menarik lagi dari sejarah awal, bahwa Nabi pun sangatlah memperhatikan para anak muda pada saat itu. Dibuktikan dengan adanya beberapa sahabat yang masih muda diberikan tanggung jawab atas mengerjakan sesuatu baik yang berkaitan dengan tanggung jawab memimpin kaumnya ataupun menyampaikan agama. Dan itu sudah terjadi begitu banyak tanpa dijelaskan di sini. (lihat sendiri di beberapa kitab sejarah, misal Fiqh as-Siroh an-Nabawiah punya Syaikh al-Buthi).

hal yang harus dikoreksi kembali juga oleh generasi awal ialah memahami sikap mereka sendiri dalam mengatasi permasalahan dan ketidakpatuhan generasi jaman now, serta memedulikan mereka dengan kepedulian yang khusus. Agar nantinya tidak akan terjadi semacam perang dingin dan ketidakpedulian serta kebencian antara generasi old dengan generasi jaman now. 

Habib Ali Jufri dalam kitabnya al-Insaniyah Qobla at-Tadayyun berusaha memberikan solusi terhadap permasalahan ini, dengan cara membuka pintu dialog antara generasi old dengan generasi jaman now dalam menuntaskan permasalahan ini. Yang mestinya harus dengan cara dialog yang dihias dengan rasa cinta dan kasih sayang, dialog yang menghasilkan solusi bukan masalah, dialog yang berusaha memuliakan akal anak muda dan menganggap mereka ada, dan peduli. Bukan teriakan keras dan tajam. 

Sikap ini pernah dilakukan oleh Nabi kita Muhammad saw. Di suatu ketika, Muazin Rosul mengumandangkan azan dengan gagahnya di depan Makkah pasca penaklukan. Tiba-tiba ada segerombolan anak muda kota ini mengikuti suara dari muazin tersebut dengan maksud mengolok-olok. Kemudian rosul memanggil dan menyuruh mereka untuk mendengarkan azan. Ternyata ada salah satu dari anak muda ini mempunyai suara yang sangat merdu, bergegas Nabi memanggilnya "ta'al/kemari!" seraya rosul memberikan tempat duduk di sisi-Nya pada si pemuda tersebut, dan mengusap ubun-ubun dia sambil mengajarkan kalimat azan yang baik. Dan rosul berkata kepadanya "pergilah, dan kumandangkan azan di Bait al-Haram" kemudian rosul mengankat dia muazin tetap di kota Mekkah al-Mukarromah. Karena kejadian ini, yang awalnya pemuda ini sangat membenci Nabi berubah menjadi tumpukan rasa cinta dan kasih sayang terhadap beliau, Nabi rahmatan li al-'Alamin. Pemuda ini bernama Abu Mahdzurah al-Jumahi. 

Begitu lembutnya sikap baginda Rasulullah dalam mendidik dan mengajarkan sesuatu pada anak muda. Melembutkan sekeras batu, memberikan cahaya cinta dan kasih sayang, memberikan segelas air di gurun pasir yang gersang. Maka Kami sebagai umatnya patut dan harus meneladani Nabi kita Muhammad saw. dalam semua sikap serta perbuatan kita dalam segala hal. Termasuk mendidik anak muda. Sekian. 

al-Fakir ila Maqfiratika ya rob; Moh fadal

Komentar

Postingan Populer