Langsung ke konten utama

Unggulan

hidup itu sederhana


Dulu -ketika masih unyu-unyu😁- aku pernah punya keinginan mendaki gunung (Gunung impianku dulu; Mahameru, tapi tak kunjung sampai😁) aku pikir -pada  waktu itu- mendaki adalah kesempatan untuk melihat dunia, melihat dari kejauhan seraya ada rasa kepuasan tersendiri, kesempatan di mana aku bisa meluapkan semua rasa yang tertekan, mendalam, dan berbekas. Dan itu semua berangkat dari mimpi, hanyalah mimpi. Mendaki adalah jalan menuju mimpi itu. 

Pada akhirnya takdir menggiring aku pada kehidupan sekarang, menjelajah negeri para Nabi, negeri di mana kata orang "Negeri Seribu menara". Ada yang mengatakan "Kairo; jika kamu tidak menaklukkannya, ia akan menaklukkanmu" itulah kata mereka yang mencoba menafsirkan hiruk-piuk pengalaman mereka mejalani hidup di Negeri para nabi ini. (Dan sedikit aku angkat bicara tentang kota) 

Kota; memberikan tafsiran tersendiri bagi setiap yang tinggal. Ada yang mengatakan "hidup di kota ini serasa mengikatku" kota dalam tafsiran dia adalah pelbagai permasalahan yang tak kunjung ia selesaikan, masalah silih berganti dari satu ke lainnya. Terus mendesak sampai ia tidak kuat lagi menjalani hidup bahagia seperti yang lain. 

Ada yang lebih ironis; "kota ini hanya bangunan, tidak ada apa-apanya" yang semacam ini hanya bagi mereka yang tidak pernah berpikir, hidupnya hanya digunakan untuk berfoya-foya, kalau bisa dikatakan "hidup yang tak bernilai".

Dan begitulah seterusnya, betapa banyak dari manusia menafsirkan kota menurut perspektif mereka masing-masing. Sama halnya Kairo, tempat di mana aku tinggal sekarang, sudah terlalu banyak penafsiran-penafsiran yang mereka gambarkan terhadap kota ini. Bahkan aku sendiri berhak menafsirkan.

Kairo; tempat mencari jati diri, semua hal yang terlewati adalah perjalanan; perjalanan menemukan diri sendiri. yang di setiap sendinya memberikan pengalaman yang tak pernah pupus, memberikan pelajaran yang sangat berharga di setiap langkah dan fenomena yang terjadi, memberikan nafas segar dan ketenangan hati terhadap para sang pencari tuhan. Dan pada akhirnya aku bisa melihat dunia dari hal semacam ini. 

yang selama ini aku pikir mendaki adalah kesempatanku untuk melihat Dunia, terlihat agak berlebihan. Dan Mendaki mampu memberikan rasa kepuasan, mulai menjadi hal yang hanya sebatas mimpi. Karena sederhananya melihat dunia dan kepuasan itu; mulai dari melihat pada dirimu sendiri, lingkungan sekitarmu, sahabatmu, dan orang-yang kau cintai. Kau hanya perlu memerhatikan mereka, menyayangi, berbagi, dan saling terbuka. Itu semua sudah memberikan kepuasan tersendiri untuk melihat Dunia itu. Kau hanya memedulikan mereka. Tidak harus kau mendaki. Dan kesempatan itu terjadi di setiap langkah yang kau mulai sendiri. 

Akhirnya, aku merasa menikmati hidup yang ku jalani sekarang, beribu-ribu kata syukur yang ku ucapkan untuk-Nya. Dan akhirnya sampai pada kesimpulan "mulai dari dirimu sendiri, untuk orang lain". Selamat menjalani hidup !.

#Rafa

Komentar

Postingan Populer