Langsung ke konten utama

Unggulan

Kardus dan sepucuk surat



Pada halaman ke tiga belas dari buku puisi yang ku beli dari uang sendiri, terselip amplop warna-warni dengan sedikit kusut dan robek di bagian pinggir pojoknya, sebuah surat yang dikirim hanya khusus pembancanya. Aku. 

Dituliskan dengan perasaan yang aku paham betul kenapa ia menuliskannya, terbata-bata bahasanya, namun dalam. Sepucuk surat dan sepucuk harapan untuk masa depan digantungkan pada balasan dari surat tadi. Kelanjutan hidupnya dikorbankan pada balasanku padanya. Tapi jahat, tak ku baca surat itu sampai kusut dan terselip di buku itu. 

Pintanya, ia ingin hidup dengan separuh hati jika ku tak mau, dan sepenuh hati jika ku balas. Rela berkorban untuk laki-laki biadab sepertiku. Tapi ku tak balas. Perasaannya nyata, namun dengan alasanku karena hati ku tak bisa menerima begitu saja hati yang mau hinggap, ku tak balas. Dan sepucuk surat ku pegang tanpa ada kata. 

Kardus dan sepucuk surat itu; antara kehilangan rasa dan kepedihan hati yang lain. 

Komentar

Postingan Populer