Langsung ke konten utama

Unggulan

Bunga Sepatu

Hari ini tidak secerah kemarin

matahari malu-malu pada kabut awan pagi ini

jalan ini juga tidak lagi sebersih kemarin

saat kamu bilang; biar jalan-jalan itu ditapaki kaki orang-orang

kamu juga bilang akan tanamkan pohon cemara di setiap sudut jalan

kamu juga bilang akan kembali pada jalan itu

dan berulang kali kamu bilang untuk menghiasinya dengan bunga-bunga kesukaanmu; Bunga Sepatu.


Kamu bilang, bunga itu tidak harum, tidak pernah menarik seseorang

Ia hanya punya warna merah sederhana dengan tangkai putik yang mungil

tapi, ia selalu tumbuh di musim apa pun, ia tumbuh dengan hati-hati

orang-orang tidak peduli juga aku

ia tumbuh dewasa dengan perlahan hingga ia benar-benar kuat

itu alasanmu waktu itu.


Kamu memberikan satu tangkai 

biar ku menjaganya dengan baik-baik, ucapmu dengan tatapan khasmu, sinis.

kamu seolah tak percaya

namun ku rawat ia dengan tulus dan penuh kehati-hatian

ku siram dengan air nil setiap pagi

kadang sesekali ia berayun disentuh angin

kadang ia juga kepanasan ketika dicium terik matahari

tapi aku tidak lupa

ku tenangkan ia dengan hawa dingin embun pagi musim semi ini

biar memeluknya dengan erat.


Sering kali kamu mengingatkanku untuk tidak lupa menyayanginya

cerewet, kataku saat itu

sesekali kamu juga menyuruhku untuk tidak lupa pada jalan-jalan biar tetap ada jejak

biar runtuhan ranting, daun, dan bunga-bunga yang jatuh ku sapu dengan bersih

tidak selalu, ku bilang.


Hingga akhirnya

musim meninggalkan musim, menjemput musim lainnya

Waktu tidak akan pernah bisa kita pegang, ucapmu kala itu

bunga-bunga yang kau mimpikan pun mulai jatuh kering

satu persatu

aku yakin bunga itu tidak perlu kamu siram

jalan-jalan itu pun sepi, tidak ada jejak

kembali pada saat pembicaraan ini bermula.

ya, musim gugur

Awal musim saat kamu tidak lagi memberiku bunga

Satu masa saat aku mulai melupakan segalanya.


(Sebuah obrolan dua manusia)

Komentar

Postingan Populer