Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Bunga Sepatu
Hari ini tidak secerah kemarin
matahari malu-malu pada kabut awan pagi ini
jalan ini juga tidak lagi sebersih kemarin
saat kamu bilang; biar jalan-jalan itu ditapaki kaki orang-orang
kamu juga bilang akan tanamkan pohon cemara di setiap sudut jalan
kamu juga bilang akan kembali pada jalan itu
dan berulang kali kamu bilang untuk menghiasinya dengan bunga-bunga kesukaanmu; Bunga Sepatu.
Kamu bilang, bunga itu tidak harum, tidak pernah menarik seseorang
Ia hanya punya warna merah sederhana dengan tangkai putik yang mungil
tapi, ia selalu tumbuh di musim apa pun, ia tumbuh dengan hati-hati
orang-orang tidak peduli juga aku
ia tumbuh dewasa dengan perlahan hingga ia benar-benar kuat
itu alasanmu waktu itu.
Kamu memberikan satu tangkai
biar ku menjaganya dengan baik-baik, ucapmu dengan tatapan khasmu, sinis.
kamu seolah tak percaya
namun ku rawat ia dengan tulus dan penuh kehati-hatian
ku siram dengan air nil setiap pagi
kadang sesekali ia berayun disentuh angin
kadang ia juga kepanasan ketika dicium terik matahari
tapi aku tidak lupa
ku tenangkan ia dengan hawa dingin embun pagi musim semi ini
biar memeluknya dengan erat.
Sering kali kamu mengingatkanku untuk tidak lupa menyayanginya
cerewet, kataku saat itu
sesekali kamu juga menyuruhku untuk tidak lupa pada jalan-jalan biar tetap ada jejak
biar runtuhan ranting, daun, dan bunga-bunga yang jatuh ku sapu dengan bersih
tidak selalu, ku bilang.
Hingga akhirnya
musim meninggalkan musim, menjemput musim lainnya
Waktu tidak akan pernah bisa kita pegang, ucapmu kala itu
bunga-bunga yang kau mimpikan pun mulai jatuh kering
satu persatu
aku yakin bunga itu tidak perlu kamu siram
jalan-jalan itu pun sepi, tidak ada jejak
kembali pada saat pembicaraan ini bermula.
ya, musim gugur
Awal musim saat kamu tidak lagi memberiku bunga
Satu masa saat aku mulai melupakan segalanya.
(Sebuah obrolan dua manusia)
Komentar
Posting Komentar